Blogger Template by Blogcrowds

 
   

Sunday, August 21, 2005

Bagaikan Ikan Mencari Lautan

Alkisah ada dua pemuda yang tengah duduk santai di tepi
pantai menikmati indahnya lautan diterpa oleh cahaya
matahari sore.

Tak habis-habisnya dua pemuda tadi memuji warna lautan
yang yang amat luas dan biru berkilauan, serta sangat
kaya dengan mutiaranya yang amat termasyhur
yang selalu dicari-cari manusia, bahkan juga menjadi
kebanggaan permaisuri raja.

Rupanya kekaguman dan pujian dua pemuda tentang lautan
tadi didengar oleh dua ekor ikan yang lagi berenang ke
tepian. "Wah kalau manusia saja jauh-jauh datang ke sini
untuk menikmati indahnya lautan, mengapa kita tidak
turut melihat seperti apa indahnya lautan itu?" kata
seekor ikan kepada temannya. "Ya' kata manusia tadi
lautan juga memiliki mutiara yang sangat indah dan mahal
harganya, bahkan jadi kebanggaan permaisuri raja",
sambungnya. Maka dua ekor ikan tadi sepakat untuk
meneruskan perjalanan ingin menemukan dan menikmati
indahhnya dan luasnya lautan.

Demikianlah dua ekor ikan tadi terus berenang bermil-mil
untuk menemukan lautan yang telah dipuji-puji manusia.
Dari hari ke hari, dari minggu ke minggu dan dari bulan
ke bulan, bahkan tahunan sampai dua ekor ikan tadi
akhirnya mati namun keduanya merasa belum berhasil
menemukan lautan.

Mungkinkah nasib kita seperti ikan tadi? Mereka
sesungguhnya sudah berada di dalam pelukan lautan yang
begitu luas, indah dan nyaman namun keduanya tidak mampu
merasakan dan melihatnya.

Begitu luas dan lapangnya lautan sehingga dia tidak
pernah menolak aliran sungai dari manapun datangnya,
entah bersih ataupun kotor airnya. Permukaan airnya
ditawarkan pada matahari untuk memproses terjadinya
penguapan sehingga tidak lagi asin rasanya, lalu dikirim
ke darat melalui angin untuk menyuburkan
bumi demi memenuhi kebutuhan manusia.

Begitu luas, indah dan dermawannya lautan, namun ikan
tidak mampu melihatnya karena tidak mampu menciptakan
jarak imajiner. Ikan-ikan itu sudah dalam pelukan
lautan, tetapi sekali lagi mereka tidak memiliki
kapasitas intelektual dan hati untuk melihat (syuhud),
karena mereka memang bukan manusia yang di dalamnya
ditiupkan ruh Illahi serta nalar.

Sebagaimana ikan dan lautan, manusia hidup dalam jagad
raya yang demikian luas dan penuh pesona serta selalu
menyediakan apa yang kita butuhkan.

Masihkan kita bertanya adakah dan dimanakah Tuhan
sebagaimana ikan akhirnya mati tanpa menemukan lautan?

Tuhan adalah Sang Pelukis Agung, alam semesta adalah
kanvas dan hasil lukisan-Nya. Tuhan adalah Sang Penari
Agung, gerak alam raya yang demikian akbar adalah
bayangan tarian-Nya.

Tuhan maha pengasih, semesta yang begitu mempesona
adalah belaian kasih-Nya pada manusia.

Atau mungkin saja manusia bagaikan kelelawar yang tidak
bisa terbang siang karena matanya tidak mampu menatap
gemerlap cahaya matahari? Atau mungkin matahati kita
yang tertutup?.

Ketika kita memulai pekerjaan dengan membaca
bismillahirrahmanirrahim, pada tahap awal bisa jadi kita
maksudkan untuk memohon bimbingan dan ridho-Nya agar
yang kita lakukan mendatangkan keberhasilan dan
keberkatan.

Tetapi jika kita hayati terus lebih mendalam lagi, bisa
jadi kita akan sampai pada kesadaran bahwa apa yang kita
perbuat atas nama Tuhan, sehingga harus
dipertanggungjawabkan pada-Nya.

Dan kalau kita masuk dan pasrah lebih dalam lagi pada
Allah, kita sadar bahwa kita sesungguhnya tidak memiliki
daya dan upaya, bahkan kita tidak memiliki diri sendiri
sehingga sesungguhnya kita berbuat dan hidup ini sudah
di dalam genggaman dan kekuasaan Allah. Tetapi mungkin
sekali kita bagaikan ikan yang selamanya dalam pelukan
lautan, tetapi tidak pernah menyadari.

Bukankah salah satu sifat Allah adalah Al-Muhit, yang
maha melingkupi? Bisakah kita keluar dari pelukan
kasih-Nya?

Allah berfirman:

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun
kamu menghadap di situlah Allah Sesungguhnya Allah Maha
Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui (Al Baqarah :
115)

No comments:

Free MP3s